Cave Tubing Kalisuci, Baru Kemarin Sudah Rindu Kembali
Selasa, April 05, 2016
Andaikan berangkat kerja sesemangat berangkat piknik :p
Pagi-pagi pukul 06.00 WIB kurang, sudah kususuri jalanan yang masih belum
move on dari embun. Sesekali berhenti, mengabadikan hamparan padi yang merunduk-menguning
tersinari sunrise dari ufuk timur.
Akhir-akhir ini semakin terbiasa melewati jalanan Dlingo, semakin paham
dimana harus berbelok pelan, menurunkan atau menguatkan gas laju sepeda motor.
Setidaknya enggak sekikuk sewaktu pedekate
sama jalanan ini kemarin-kemarin.
Kecepatan kalem 40 km/jam,
tidak sampai 1 jam sudah sampai di perempatan Patuk.
Memeriksa kembali notif hp, memastikan mereka sedang berada di mana, sama
siapa, sedang berbuat apa?
Seperti biasa jika janjian berbanyak orang, kemudian telat dari jadwal jam
kesepakatan awal merupakan hal yang tidak mengherankan.
Setelah ketemuan di beberapa spot: Perempatan Patuk dan Indomare*t Pom
Bensin Siyono, akhirnya formasi kami lengkap sudah. Mbak Aqied, Mas Tom, Mas Gallant, Duo Insan Wisata (Reza ~ Hanif), Mas Mar dan Aku. Bertujuh. Sebenarnya
ingin bersepuluh sih; tapi Mas Sitam absen, kuota tak kunjung penuh yasudah.
Jadi kemana tujuan kami hari ini? Pelaminan? Bukan. Kalau itu “kami” nya
beda personil.
Tujuan kami hari ini adalah ke:
Kalisuci
Dari Kiri: Mas Gallant, Mas Marsudi, Mbak Aqied, Reza, Aku, Mas Tom, Mas Hanif |
Rute perjalanan menuju Kalisuci tidaklah sulit, karena jalannya cukup
lurus saja dari Jalan Wonosari ke arah timur.
Alamat lengkapnya berada di
Padukuhan Jetis, Desa Pancarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, jika
ditempuh dari Kota Jogja kurang lebih butuh waktu 2 Jam-an.
Arak-arakan rombongan kami semacam habis nonton bola tarkam, berjalan pelan berurutan tanpa knalpot blombongan.
Aaaa akhirnya sampai juga.
Disambut pemandu yang ramah penuh dengan senyuman, dengan cepat mereka membekali
kami dengan berbagai perlengkapan guna cave tubing nanti.
Eh tidak cukup cuma dibekali ding,
karena para pemandu juga membantu kami dalam memakai perlengkapan cave tubing. Mulai
dari: pelampung, helm, pengaman lutut dan siku, pemakaiannya pun dalam pengawasan
ahlinya.
Setelah perlengkapan keselamatan kami dipastikan terpasang dengan baik dan benar,
mulailah mas pemandu mengajak kami mulai menuruni beberapa anak tangga menuju Kalisuci.
Enggak kerasa terlalu lama turun tangganya, eh sudah sampai aja di bibir Goa Kalisuci.
Penampakan Mulut, Dinding Goa, dan Kami |
Oh jadi ini? seperti sedang berada di dunia lain, berada di pinggiran
tebing tinggi yang mengapit aliran deras kali.
Dindingnya berornamen langsung dari karya agung pahatannya Tuhan Maha
Sempurna.
Aku masih ternganga memandangi setiap detail sudut tempat ini sampai
tidak terasa pemandu kami yang saat itu berjumlah 3 orang mengajak breefing sebentar.
Masih betah mememperhatikan dengan seksama setiap informasi yang disampaikan mas-mas pemandu tentang berbagai informasi mengenai Kalisuci, apa yang harus dan tidak boleh dilakukan selama cave tubing dan sebagainya.
Mereka juga masih sempat mengecek perlengkapan kami, memastikan kembali kenyamanan, keamanan, dan keselamatan kami sebelum turun cave tubing.
Sudah lengkap? sudah bener semua makenya? sudah nyaman? |
Untuk ban pelampung, kami tidak perlu tuu nenteng-nenteng ban dalam item melembung yang super gede itu,
karena dari tebing ke tebing sudah ada transportasi tali yang siap mengirim
beberapa roda ban dalam untuk armada kami nanti.
Aku pernah sih cave tubingnya di Pindul beberapa tahun lalu, tapi yakiin
sekali di sini sensasinya bakal jauh berbeda. Apalagi melihat aliran kalinya, melihat
dinding-dinding goanya, melihat aura semangat partner cave tubingnya hari itu; “mereka”.
Iya, mereka yang selalu meramaikan perkhasanahan notif hapeku setiap hari. Sampai ga ada lagi kamus “hape sepi” yang
sering didenggung-denggungkan oleh kaum jomblo.
Seusai berdoa, kami mulai berkenalan dengan aliran kalinya. Berpegang kepada seutas tali, kutapaki perlahan menuruni aliran kali. Mulai kududuki ban dalam hitam itu dengan sedikit senyum-senyum deg-degan.
Turunnya hati-hati yaa...licin |
Kami berantai membentuk angka satu, kaki kami saling digandeng tangan. Aku kejatah megangin kakinya Mbak Aqid. Masya Allah mbak, kapan lagi kakimu bisa tak pegangin terus seerat itu :o
Berantai mengular membentuk angka satu bersatuu... |
“mbak, atas itu jalan raya aspal lho” mas pemandu sedang menunjuk atap langit goa.
“masa mas? Ah enggak percaya… kalau dilewati tronton apa mobil pengangkut
pertamina itu po enggak ambrol atap goanya?”
“weeee mbaknya ga percayaan” jawab masnya jengkel.
Kalau dulu aku pernah nginep di perutnya Ibuk selama 9 bulan 10 hari,
kali ini aku menyusuri goa horizontal beraliran kali yang berada di perutnya
bumi.
Masih menikmatinya, dengan sesekali menyanggakan kepala di atas ban
kemudian memejamkan mata. Sekedar mengecek kembali:
“oh masih ada dia di hatiku”
Kemudian cepat-cepat kubuka mata, terlalu sayang jika beberapa momen terlewati
tanpa semangat penglihatan.
Penampakan mulut dan dinding goa |
Dahulu, Kalisuci sering digunakan warga sekitar untuk aktivitas sehari-hari seperti: mandi, mencuci, bahkan memancing lho.
Tapi sejak PDAM masuk desa, dan Kalisuci sudah dibuka untuk wisata, maka aktifitas tersebut sudah tak terlihat lagi.
Kadang-kadang masih ada yang mancing sih di malam hari. Mancing kode?
Jika ingin cuve tubing di Kalisuci, buang kekhawatiran atau ketakutanmu
jauh-jauh.
Takut ga bisa renang? takut tenggelam? takut digigit lele?
"nggak perlu"
Kamu hanya perlu relax
saja, mengikuti setiap aliran kalinya.
Tenang yaa pemandunya jelas professional bersertifikat, keamanan
kenyamannya terjamin, alirannya pasti berujung, ngalirnya juga dipenuhi
pemandangan superb. Hiasan stalaktit, stalakmit serta pohon-pohon tua yang
akarnya memeluk goa.
Jeramnya yang akan menarik senyummu |
Jika ingin berburu foto dengan air kehijauan, silahkan datang ke sini pada musim kemarau. Tetapi jika ingin lebih seru bermain air dan jeram, datanglah ke Kalisuci ketika musim penghujan.
Kamu akan menemui sensasi jeramnya yang sesekali mengejutkanmu.
Ketika bertemu sama jeram, kamu hanya perlu
agak mengangkat pantatmu naik, kemudian posisi tangan tetap di dalam ban
berpegang tali.
Terimakasih Kakak Pemandu sudah membantuku di kala keblebeg:
#1 |
#2 |
Butuh waktu sekitar 1 jam lebih untuk menyusuri kalisuci dengan santai.
Terkadang pemandu juga mengarahkan kami untuk berhenti mengabadikan beberapa
momen sambil menikmati pemandangan sekitar.
Tepat di tengah-tengah mulut goa, terdapat sebuah batu menjulang agak
meninggi. Batu itu dinamakan batu gajah.
Karena Mas Hanif yang motoin, dia ga ada di frame :) |
Perlu pisahan sebentar sama ban dalam. Bergegas berdiri kemudian
menghampiri mereka yang terlebih dahulu menjangkau batu gajah.
Di tempat ini, memang terlalu sayang untuk di lewatkan sekadar mainan air, cobain untuk loncat nyebur kemudian berenang-renang.
Lingkaran teman |
Mulaii |
Okeee ambyur |
Waaa pantas saja keunikan sungai bawah tanah Goa Kalisuci termasuk 3
terbaik di dunia.
Menurut cerita mas pemandu, Kalisuci berada di bawah peringkat Meksiko
dan New Zealand.
Beberapa waktu lalu, Kalisuci juga menjadi perbincangan hangat di
Malaysia sehingga mereka berbondong-bondong cave tubing ke sini.
Atap bolong berhias pohon |
Aqida in action |
Yakin gamau ke sini? cobain deh buat melarung kenangan-kenangan yang terlanjur nempel terus kaya noda membandel. Jangan lupa bawa sikat yang gede
yaa?
Baiklah begini cara melarungnya:
#1 |
#2 |
Tidak terasa perjalanan cave tubing kami berada pada ujung finish. Meskipun begitu, pemandu masih ramah dan
sabar banget nungguin kita duduk-duduk, berfoto, bercerita di atas batu
besar itu.
Masih belum rela pergi |
Belum rela pergi |
Enggak ada istilah:
“mbak, udahan dong, tamu kita masih banyak”
“mbak, karena kalian sudah melebihi batas waktu maka kena extra charging lho”
Itu semua nggak ada.
Pengunjung di Kalisuci dibatasi hanya maksimal sampai 250 orang per harinya.
Jadi pihak
pengelola Kalisuci tidak asal mengejar omset. Mereka benar-benar mengutamakan
kenyamanan pengunjung agar besoknya nagih lagi buat kembali ke sana.
Rasanya berat buat berhenti cave tubing, tapi badanku sudah krasa dingin. Matahari juga mulai terik, artinya kami harus kembali.
Alhamdulillah masih ada tali untuk dipegangi |
Anak tangga untuk naik, jauh berbeda sama tangga ketika turun.
Kemiringannya hampir 45 derajat. Waww hoshh…hosh banget lho rasanya. Kamu perlu
pegangan tali ketika badanmu serasa lemas.
Kuatkan langkahmu sampai atas, karena sekerdus air mineral buat obat
lelahmu sudah disediakan di atas sana, kemudian Pickup akan segera mengantarmu
menuju pendopo awal kita datang tadi.
Fokusnya ke ini, yang lain blurrr |
Sesampai di pendopo, silahkan mandi dulu, bersihkan badanmu yaaa… cepat
ganti bajunya ntar masuk angin. Jangan khawatir akan fasilitas kamar mandinya
ya?
Kamar mandinya gini |
Tidak usah takut mandi digedor-gedor pengunjung lain karena keterbatasan
kamar mandi karena terdapat berjejer-jejer kamar mandi, ada fasilitas kran, dan
kacanya juga.
Ada fasilitas musholanya juga,
Ada fasilitas mie rebusnya juga…
Ini juga fasilitas.. jangan lupa cabenya yang banyak |
Gimana enggak rindu kembali lagi ke Kalisuci kalau kaya begini?
Cekeranku hari ini karena bujukannya mas Tom haha |
*Dokumentasi dari: Insanwisata.com
Cek juga videonya di sini:
17 comments
fix banyak typo mbak dwi butuh ke angkringan biar nulisnya lebih santai nggak serasa dikejar deadline
BalasHapusBaiklah, mungkin syukuran habis seminar boleh traktirannya
HapusKenapa pose ku di postingan ini aneh semua yak
BalasHapusBiar makin bikin penasaran orang kan harus aneh dulu :p
HapusWah, ceritanya bagus banget, Mbak. Cuman ngeliat warna airnya agak kurang jernih, ya. Nice post. :) jangan lupa berkunjung, ya. http://nanazaenalm.blogspot.co.id
BalasHapusKarena pas musim penghujan mas...
HapusLain kali ke sana pas kemarau :)
iyaaa terimakasih
Reza kece banget ya dalam segala suasana
BalasHapusKece lagi pas ngeluarin segala ekspresi ketakutannya haha. Ulangi dong za :)
HapusSepertinya aku nggak asing dengan tempat itu hahahhahaha
BalasHapusTempat yang mana mas? *ngecek google map*
HapusHaha. Mba dwi. meskipun tulisanmu terlihat asik ternyata masih ada kalimat galaunya. Asik. kapan kita mengulang lagi seperti ini
BalasHapusInsanHanif. Hahaha
Kalau galaunya ilang sama sekali ntar ada yg nyariin kaya ada yg ilang. Gitu.
HapusMauu banget ayoo diajak lagi dong @insanwisata disponsori lagi haha
Mbak Dwi Cantik kalau senyumnya lepas gitu. Suka deh liatnya 😘
BalasHapusMakasih fans 😘 besok aku senyum kaya gitu yang banyak deh haha
Hapuspengen juga nyobain cave tubing kali suci, tapi entaran saja, nunggu kalau air sungainya sudah tidak keruh
BalasHapusWaa aku juga masih pingin ke sana mas pas airnya ijoo gitu... jak ajakk yaaa :)
Hapusseru banget ya menyusuri kalisuci, selain bisa melihat ke dalam gua sekalian menyusuri sungainya juga..
BalasHapus