Sisa Sunrise di Gunung Ireng, Gunungkidul
Minggu, Januari 17, 2016
Aihh ini postingan pertama di tahun 2016.
Selamat datang pembaca setia *ketip-ketip mata*
Seperti firasat baik di awal pagi,
di awal hari,
di tahun 2016 ini,
aku melihat lengkungan pelangi setengah lingkaran raksasa di kanvas
langit depanku.
Senyumku melihatnya, semoga kehadiran pelangi di awal tahun ini seperti
harapan-harapan dan doa yang akan datang di tahun ini;
semoga semakin berwarna sepertinya,
semoga akan bertemu dengan seindahnya,
ketemu dengan yang selama ini diharap-harapkan ketemu. Hihihihi.
Oiya sebelumnya,
blog ini dibuat bukan karena alasan apa-apa, hanya terkadang butuh
penampung cerita dalam keabadian.
Separuh rasaku ada di sini, karena terkadang aku mempercayakannya untuk
menyimpan sebagian bingkai perjalanan yang pernah kutapaki.
Dari sini juga, iya, dari tulisan ini, terkadang aku mendapatkan
bonus-bonus luar biasa dari Tuhan.
Salah satunya yaituuu dapet banyak temen baru :D
Ini tentang teman sesama suka nulis juga, ngajakin piknik katanya :p ;
fakir piknik katanya :p ;
ah gapapa mas itu sih masih bisa diusahakan kok. Asal bukan fakir cinta
kaaannn yaaa? Haha
Hemmm kalau udah ngajakin dolan fast
respon banget yaa…planning malam, paginya cuss
Yaaa begitulah sih bagusnya, ga usah pake lama lama lama dan akhirnya
zonk g jadi.
*nunggu nunggu nunggu dan akhirnya ga nglamar-nglamar* ehhhh
Biasa kan kalau mau dolan, yang
digalauin selain mencocokkan waktu sesama personil juga menentukan arah tujuan
kemana kita?
Tapi kali itu juga langsung settt sett jadii. Suka deh gitu ki, ga usah mbingungi yes? :p
Deal janjian jam 5 pagi sampai Piyungan.
Lebih tepatnya jam 5 pagi sampai indoma*rt daerah Piyungan.
*Hakkkdesss*
Hallo teman-teman rumah saya dimana ya? Iya di ujung selatan.
Terus janjiannya dimana? Di ujung utara sebelah timur mencit. Haha.
Notif grup whatsapp yang sedaritadi bersahut-sahutan tak juga kugubris,
karena anganku melayang-layang membayangkan iya-enggak-iya-enggak.
Aku sedang membayangkan bagaimana perjalananku nantinya ke sana di waktu
sepagi itu.
“mbak dwi gimana? Jangan di-R doing dong emangnya Koran?”
Ahaha iya aku masih bingung ini.
Tapi salut deh sama mereka yang membuatku jadi wongedan haha.
Bangun tidur jam 3 pagi ketip-ketip lebih awal dari alarm yang kusetting jam 04.20
Glundang-glundung sampai jam 4, kemudian mandi dan siap-siap.
Jam setengah 5 habis subuh kumantapkan hati dan berserah diri untuk men-starter kurofit membelah jalanan yang
masih gelap gulita.
Kaya gini ya mantepnya kalau dijak dolan tuuu :p
Mencari amannya saja, aku sengaja tidak
memilih rute jalan imogiri dan kawan-kawannya.
Memang sebenarnya akan lebih dekat dan efisien jarak sama waktunya,
tetapi aku memilih jalan yang lebih ramai orang.
Kalau diculik gimana? Masih gelap banget lho.
Belum nikah juga, kalau diculik kesenengan yang nyulik nanti *aihh
Pagi itu,
Eh…subuh itu, jalanan masih gelap, cuma ditemani lampu sepanjang jalan,
dan, 1, 2 bintang yang masih sudi meluangkan waktunya berkelip-kelip menyamarkan
gelapnya langit.
Sepanjang perjalanan, jika sedang berada di lampu merah, sesekali kucek
whatsapp…
“ahh kok yang respon cuma mas Nasrul aja ini?”
“Apa jangan-jangan belum pada bangun?”
Yang benar saja, ternyata jam 5 baru pada bangun, sedangkan aku saat itu
sudah stay di sekitaran Piyungan buat
ngisi bensin di POM.
Baiklah ga masalah, ketimbang mereka yang nungguin aku.. mendingan aku
yang nungguin mereka.
Kebetulan juga janjiannya di Indoma*rt, kebetulan juga akan dapat bonus ucapan
selamat pagiii. Haha.
Bisa juga sekalian jajan roti untuk amunisi perut yang sudah
krucuk-krucuk, sekalian beli cemilan untuk bekal piknik nanti.
Setelah beberapa menit duduk-duduk di kursi yang dijejer-jejer di depan
indoma*rt dengan ditemani mas-mas yang lagi bersih-bersih kaca, mereka yang
ditunggu akhirnya berdatangan satu-per satu.
First aku, kemudian disusul mbak Aqied, kemudian Mas Nasrul dan Mas
Gallant.
Ohiya, sebelumnya aku belum pernah sekalipun ketemu sama mereka.
Jadi itu yang tak maksud, bahwa mereka adalah rizki dari Tuhan melalui
perantara tulisan, jadi dapat temen-temen baru :p
Ya… janjian jam 5, prakteknya berangkat sekitar jam 6 an.
Setelah penantianku, kita mulai mengarahkan kendaraan kita melaju menelusuri
jalan wonosari ke atas.
Sepagi itu pula jalan wonosari sudah ramai dengan kendaraan, termasuk bis yang asapnya menyerupai warna hari-harimu ketika sedikit cemas banyak nyesegnya.
Haaaa… memang kok asap bisnya bikin nyeseg eh seseg. Hitam pekat gitu.
Sepagi itu pula jalan wonosari sudah ramai dengan kendaraan, termasuk bis yang asapnya menyerupai warna hari-harimu ketika sedikit cemas banyak nyesegnya.
Haaaa… memang kok asap bisnya bikin nyeseg eh seseg. Hitam pekat gitu.
Kita mau kemana arahnya aku sebenarnya masih bingung. Bingung arah jalannya.
Jadi aku hanya di urutan motor paling belakang mengikuti rute mereka. Mas Nasrul
sih yang sudah pernah.
Jadi ati agak tenang kayanya enggak ada acara kesasar-kesasaran di hati
yang salah *eh.
Gunung Ireng (Gunung Botak)
Akses dan rute lokasi:
Alamat lokasinya ada di Srumbung, Pengkok, Patuk, Gunungkidul.
Rute yang paling gampang bisa ditempuh adalah dari Jalan Wonosari,
meskipun tempat ini juga bisa diakses dari Kecamatan Dlingo.
Dari jalan wonosari, kita lurus saja sampai daerah Patuk. Jika kita sudah
bertemu dengan perempatan besar, kita ambil kanan dan luruss saja sampai
menemukan Tugu ambil kanan. Setelahnya, amati saja papan petunjuk sepanjang
jalan. Karena penduduk sudah menyediakan berbagai spanduk atau papan petunjuk
di sepanjang jalan.
Jika kita bingung, tidak usah ragu untuk bertanya kepada penduduk
sekitar.
Kuncinya cuma jeli melihat papan petunjuk, dan tidak usah mengendarai
motor terlalu cepat.
Selain wilayah itu merupakan wilayah perdesaan (bukan jalan raya),
mengendarai motor terlalu cepat akan mengakibatkan terselipnya beberapa papan
informasi dari mata kita. Selain itu, jalan yang cukup licin yang terkadang
juga berbatu bisa jadi membahayakan keselamatan kita jika kurang berhati-hati.
Akhirnya kita berempat sampai sudah mendarat di parkiran dengan selamat.
Jangan lupa untuk mengisi buku tamu yang sudah di sediakan di sana.
Setelah berjalan sekitar 5 menit dari tempat parkiran,
taraaa kita sudah sampai inih di Gunung Ireng.
Di atas gunung ada gunung.
Iya, di Gunungkidul ada Gunung
Ireng.
Kenapa yaa enggak dinamain Gunung Pink? Kan lebih feminine gituh
kesannya.
Ada sejuta makna di balik nama. Kenapa ireng? Ireng berarti hitam.
Nah, memang Gunung Ireng ini perwujudannya terdiri dari batuan yang
berwarna hitam.
Gunung Botak karena kita bisa menemukan Pohon Jati di sepanjang jalan
dari parkiran menuju gunung ireng, tetapi setelah sampai di gunung irengnya,
tidak ada pohon alias gundul.
Eh ada, cuma ada satu buah pohon jomblo di situ yang kuat banget bertahan
sendirian sepanjang hari.
Karena kita sudah agak kesiangan,
kita sudah tidak bisa menyaksikan moment sunrise. Kita hanya menemukan
sisa-sisa sunrise yang masih bisa dipunguti untuk diabadikan.
Di Gunung ireng, telah disediakan fasilitas gazebo, tempat sampah, juga
ada toilet.
Aneh, meskipun hari sudah tidak bisa dikatakan pagi banget, langit di sana masih kabuten. Kabutnya tebal menyelimuti sawah, sekolah, dan view yang ada di bawahnya.
Dari Kiri:
Mas Nasirullah Sitam : Blog Mas Nasrul
Dwi Susanti: Blog Dwi Susanti
Gallant Tsany Abdillah: Blog Mas Gallant
Aqida Shohiha: Blog Mbak Aqied
Setelah puas mengambil beberapa jepret gambar dan cuaca sudah mulai panas
sumuk, kita berteduh di gazebo, kemudian menggelar dagangan cemilan hasil kulakan
dari Indoma*rt tadi pagi.
Disambi ngobrol kesana-kesini dengan tema yang berganti-ganti dan berpindah-pindah, tidak kerasa snacknya habis juga. Entah laper, baper apa doyan yahh ini? Hihi
Curug Gede
Disambi ngobrol kesana-kesini dengan tema yang berganti-ganti dan berpindah-pindah, tidak kerasa snacknya habis juga. Entah laper, baper apa doyan yahh ini? Hihi
Curug Gede
Dari Gunung Ireng, kita memutuskan untuk mampir sebentar di Curug
Gede. Sebenarnya, agak harap-harap cemas juga mau mampir ke curug itu. Takutnya
adalah ketika musim hujan belum maksimal, hasilnya akan zonk?
Tetapi apa yang salah dari mencoba? Sama sekali tidak ada salahnya kita
menujunya. Sesampainya di lokasi, kita memarkir kendaraan pada tempat yang
telah disediakan yaitu sebuah Pelataran atau halaman salah satu penduduk
sekitar yang ternyata penghuninya entah lagi pada kemana?
Suwung mbloo kaya atimu :p
Tetap mantap menapaki anak tangga yang dibuat oleh penduduk sekitar. Kita
berjalan kurang lebih sekitar 1km menuju curug. Selain melewati anak tangga,
kita juga melewati parit kecil, semak-semak yang akan menguji kehati-hatianmu.
Oiya tips ke sini mending pake sandal gunung aja kalik ya? Aku pake
flatshoes agak kerepotan melewati jalan licin.
Ternyata benar dugaan sebelumnya, bahwa airnya tinggal seuprit aja ini…
Tetapi, lumayannya adalah terapi kuping dari gemericik air curug. Yaaa
akhirnya kita duduk-duduk di bebatuan sepanjang sungai sambil mencari
udang-udang kecil untuk dibuat iwak peyek. Wkwkw.
mas, bakat terpendammu ini ya ternyata? emmm |
Karena air surut, seperti rindumu pas habis ketemu, kita duduk-duduk aja mengikuti jejeran batu yang menjadi kursi tamu saat itu.
Nungguin orderan nasi kuning ga dateng-dateng yaa...
Kita memutuskan untuk menjadi para pencari Cetul haha
Mas Gallant, maaf yang jadi potografernya enggak bisa inframe ini :D
Perut sudah memberi alarm kelaparan mendalam, maka kami bergegas pulang
mencari sesuap nasi untuk amunisi. Iya terang saja lapar, kita dari pagi kan
jalan terus… belum sarapan juga.
Akhirnya kita memilih melahap sup panas pak mi*n di sekitaran Gedong
Kuning.
Ini cerita jadi panjang amat, padahal start jam 6 sampai sebelum dhuhur
juga udah pulang. Paket spesial dari kalian. Iya, paket weekend yang nyess
banget deh, makasih… makasih semoga enggak kapok main bareng lagi. S
Semoga enggak kapok nungguin aku nyari kunci motor berkali-kali lupa, dan cerita tentang srempetan sama ayam biarlah kita simpan rahasia ini berempat saja. Semoga ayamnya tetap selamat sehat tanpa opname dan sebagainya. hahaaa.
Semoga enggak kapok nungguin aku nyari kunci motor berkali-kali lupa, dan cerita tentang srempetan sama ayam biarlah kita simpan rahasia ini berempat saja. Semoga ayamnya tetap selamat sehat tanpa opname dan sebagainya. hahaaa.
Sampai jumpa dalam bingkai cerita yang berbeda di lain kesempatan :D mas Gallant, Mas
Sitam, Mbak Aqied salam selo ~ yaaa
senang mengenal kalian ~
senang mengenal kalian ~
17 comments
rambutku udah panjang yak. *brb potong rambut*
BalasHapusAhaha itu jepretan orang semua yaakk apakah wajib bayar royalti utk mejeng diblogkuh?
HapusYA ALLAH; Aku kok heboh banget ya? :-D
BalasHapusPalingo pas cilikan e pancen hiperaktif mas kamu kii :p
Hapuswekekekek, akhirnya blogger2 muda ini saling bersua juga :D
BalasHapusKapan mas wijna gabung? Tapi enggak ngepit aku g punya pit
Hapusnggolek boncengan sik :D
HapusAsikkk .... tapi bonceng siapa? Tak diet sik ben sik boncengke ga kabotan :D
Hapusaku putih biru ya kaya anak smp
BalasHapus#menolaktua
Iya kui anak smp udah pacar pacaran aja *eh
HapusWah seru banget mbak perjalananya :D
BalasHapusbtw salam kenal ya, mampir juga ke blogku. Hehehe
Siapp mas...salam kenal :)
Hapussetelah saya baca2 blognya mbake, ternyata mbake ini traveler tenan jebule, jos mbak :)
BalasHapusMakasih mas e... ayo kapan mbolang bareng?
Hapuspemandangan sunrise dari atas gunung memang sangat indah..
BalasHapusini moment yg tdk boleh dileawatkan , hrus diabadikan dgn sebuah foto....
BalasHapusIyaa makasih :)
Hapus