Langit Biru di Baron Technopark
Kamis, November 19, 2015
Terimakasih untuk kalian yang masih
saja meneruskan kekhilafannya menyempatkan diri mengunjungi laman blog ini.
Tidak terasa sudah beberapa bulan absen nulis blog yaa…
Belum ada sedikit waktu untuk menyendiri, kemudian merapikan jari mengetik
keyboard.
Pergantian dunia kerja menyebabkan peralihan atmosfer di ketujuh hari dalam
seminggu.
Yaaa berbeda, yang semula jadwal libur hanya berada di Minggu saja, kini ada
2 hari: Sabtu-Minggu. Jomblo, masih begitu…
Ketika 5 hari kerjanya berlalu dan menemui Sabtu-Minggu, mulailah agak mbingungi menentukan schedule. Hihihihi :p
Beberapa Minggu ini, rasanya kangen buat menapakkan kaki di jogja lantai dua.
Yaaa dengan dorongan batin,
bisikan malaikat,
aku mencoba mengarahkan kurofitku menaiki tanjakan demi tanjakan jalan itu
sendirian.
Sekali lagi: sendirian.
Bisa jadi aku adalah salah satu orang yang sungguh kurang kerjaan.
Begitulah cara masing-masing untuk bahagia, maka hargailah barang sedikit saja.
Paling tidak yaaa jangan ditertawakan lah :D
Kesendirian itu perlahan tamat setelah sampai kepada tawaran seorang teman
untuk jadi guide abal-abal :p
Iyaa menunjukkan sebuah screenshot
yang amat sangat pingin saya tuju waktu itu kepadanya.
Dengan ekspresi sok mengerti dan
pahamnya ternyataaa nyasar parah. Kenapa bisa begitu? Entahlah.
Semula, tujuannya adalah Luweng Blimbing daerah Serpeng Semanu
Gunungkidul.
Sebuah danau berwarna cantik yang penampakannya sungguh sukaaa..
Karena dengan berbagai alasan kelaparan, aku dibawanya mencari warung
makan di daerah Semanu ke timurr hampir menuju jalan pracimantoro.
Kemudian entah jalan apa,
jalan apa,
ga ada ujungnya lamaaa banget ga
sampai-sampai dan akhirnya menemukan papan hijau besar menerangkan panah menuju
Pantai Wediombo.
Tujuannya saja utara kok bisa sampai selatan?
Sungguh aneh.
Dan rasanya pasrah dengan kenyasaran ini.
Oh sekarang aku baru sadar, kita
melewati jalan di deretan pantai-pantai biasanya.
“mau ke pantai itu?” tanyanya..
“sudah pernah semuaaa” jawabku.
Di sepanjang jalan itulah aku mendapatkan sebuah inspirasi untuk
mengunjungi “Baron Technopark”
Iya.. sudah 1 tahun yang lalu pingin ke sana tapi belumm juga kesampaian
karena ga tau jalannya kemana.
Begitulah langitnya sungguh biru cerah.
Ternyata rutenya cukup gampang:
Jika kita dari arah selatan (arah dari Pantai Baron) kemudian melewati TPR
Pantai baron sebelah barat, luruss saja ke utara.
Setelah kita menemukan ada pertigaan pertama,
ambil kiri, kemudian luruss saja
aspal.
Akses jalannya mudah: full aspal
Baron Technopark atau dahulu biasa
disebut semenanjung parang racuk, merupakan pilot
project (proyek uji coba) dalam pengembangan penelitian energi.
Ini adalah kawasan pusat pengkajian dan pelatihan tekhnologi pusat
terbarukan diantaranya: PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang), dan PLTS
(Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
Kawasan ini juga dijadikan pusat penelitian dan pengujian teknologi,
penghasil energi, dan wahana rekreasi.
Cocok dijadikan tempat outclass untuk anak sekolah.
Untuk kelas 6 SD misalnya, pas mempelajari materi IPA energi alternatif. Atau untuk pengetahuan umum. Cocok deh :)
Banyak pembangunan kincir udara yang belum selesai |
Di sana, terdapat seperti bangunan-bangunan yang belum selesai tahap pembangunannya yang kemungkinan nantinya akan digunakan sebagai tempat pusat penelitian.
Pembangunan gedung penelitian yang masih belum rampung |
Tujuannya dibangun kawasan ini adalah mengintegrasikan sumber-sumber energy yang dapat
diperbaharui seperti: matahari, angin, dan biofuel. Agar kita ga terus-terusan
tergantung pada minyak.
Iya mblo, kamu juga jangan terus-terusan tergantung pada ucapan:
“selamat pagiii”
“have a nice dream…”
“sudah makan belum?..”
Sudah saatnya kamu cari energy alternatif mblo, seperti merekam suara
petir kemudian menjadi alarm makan, bangun tidur biar tidak tergantung
terus-terusan sama layar hp :p
Iya, jadi selain sebagai tempat wisata ataupun rekreasi, tempat ini juga
sarat akan ilmu pengetahuannya, recommended buat ngajakin anak ke sinii.
Oiya…untuk masuk di Baron Technopark ini, tidak dipungut retribusi.
Cukup membayar parkir Rp.2.000,- saja kemudian pasrahkan pada kaki yang
melangkah mau ke mana?
Sebelah timur?
Semenanjung karang pantainya?
Atau sebelah barat?
Kita langsung memilih menuju bagian barat.
Di sebelah barat ini, terdapat jam raksasa yang seperti akan dijadikan
ikon tempat ini.
Terlihat mercusuar Pantai Baron |
Pembangunannya belum rampung total. Masih banyak material bahan bangunan
sana-sini yang belum rapih.
Penampakan dari berbagai sisi:
di sisi selatan |
sisi tenggara |
pengambilan gambar dari timur, nahh jika sunset mataharinya akan tenggelam di sisi barat ituu |
Membayangkan jika sore hari, sekitar jam 5 sore di tempat ini, mungkin aku akan menyaksikan langsung matahari tenggelam orange yang memeluk tenang birunya laut.
*masih membayangkan*
View di sini sangat mendukung untuk menyaksikan sunset maupun sunrise.
Iya, ketika kita memandang sebelah barat adalah laut lepas, hanya ada sekat langit bergaris biru laut.
Sebelah timur, kita akan melihat panorama Pantai Baron dan mercusuarnya yang menyangga langit.
Tempat ini belum terlalu ramai dan banyak terjangkau orang,
jadi sangat aman untuk menceritakan keresahan-keresahan yang masih tertutupi senyuman.
upss ke crop :p |
Jangan bayangkan kita langsung menemukan tempat ini, karena kita harus
bertanya sana-sini dulu untuk menujunya.
Namanya: “Baron Technopark”
Ada embel-embel kata baronnya?
Otomatis kita dengan pedenya
langsung menuju Pantai Baron.
Tanya sama pak parkirnya, penjaga toilet, pada ga tau
“mana itu mbak?”
Feelingku agak ga enak.
Apakah ini akan jadi zonk? Seperti
kenyasaran daritadi?
Hari itu hari Minggu, Pantai Baron penuh sesak dengan bus pariwisata,
yang parkirnya penuh sampai jalan menuju TPR.
Masjid, Kamar mandi umum, parkir, tempat makan, penuh sesak dengan orang
berlalu lalang dan kita belum juga menemukan mana itu Baron Technopark.
Kaki terus melangkah dan kadang-kadang terseok oleh panasnya pasir pantai
siang itu.
Aaaa pantainya juga penuh sesak orang.
Ah tau kan? Aku ga begitu sreg sama
yang rameenya kaya gini.
Ramenyaaa |
Bermaksud mengasingkan diri, menenangkan pandangan, kita berjalan menuju atas Pantai Baron.
Dari atas inilah, kita menemukan petunjuk itu.
“Liat itu mas?”
“Ayoooo ke sana…itu ketemu tempatnya”
View dari bawah mercusuar Pantai Baron, terlihat Baron Technopark |
“besok lagi aja kamu nanti pulange kesorean”
“ga mau sekarang aja to…”
Barr.. sabar, begitulah mungkin batinnya. Haha.
Akhirnya kita bisa menjangkaunya atas petunjuk ibu-ibu yang berada di
dekat mercusuar Pantai Baron.
Terimakasih bu…. :p
Penampakan mercusuar Pantai Baron siang itu |
Kenyasaran demi kenyasaran adalah seninya orang dolan.
Darinya, kamu akan memperoleh dokumentasi lain dari yang tadinya belum
terbayangkan.
Darinya, kamu akan mendapatkan bonus sisi indah yang tak terduga.
Seperti ketika kita nyasar di wilayah semanu, dan menemukan lokasi ini:
Tempat ini, semacam bekas tempat tambang yang sudah tidak digunakan lagi oleh
penduduk sekitar.
Kamu boleh memberikan barang paling mahall,
memberikan bunga,
memberikan
apapun berbentuk materi.
Semua akan hilang, rusak, dipindahtangankan orang lain, hanyut oleh
air, atau bisa juga terbakar oleh api.
Namun memberikan waktu, adalah sisi berharga yang tak terbeli.
Jangan berfikiran sebuah kesia-siaan untuk sekedar menemani teman
berjalan beriringan…
Karena bisa jadi itu adalah hal yang akan ia ingat seumur hidupnya.
Memberi kenangan, adalah pemberian yang tak bisa diambil alih oleh
seorangpun.
Tidak bisa hilang, kecuali karena amnesia :p
Dan,
Sebuah pilihan adalah:
“apakah kita hanya akan memberikan kenangan dan kenangan yang
bertumpuk-tumpuk?”
Atau?
Mengiringinya bersama menjadi masa depan kita
7 comments
Slam kenal mbak..
BalasHapusBagus juga ya BTP, dulu pernah sampai sini pas mau ke pantai Kayu Arum tapi belum sempat mampir ke yg ada di fotonya mbaknya itu..
Salam kenal kembali mas.. oya? Sayang sekali enggak mampir, sepertinya semakin lama tempat itu bakal ramee mas.. dan silahkan mampir mumpung masih blm ramai bgt.
BalasHapusAa boleh dishare pantai kayu arumnya?
Iya mbak padahal udah lumayan lama kesananya dulu ya tpi jogja kan gak ada tempat yg gak rame mbak haha
BalasHapusMari mampir ke blog saya mbak..hehe
Ada kah postingan tentang kayu arumnya? Iya Tak berkunjung disiapi tehnya yaa wkwk
BalasHapussaya kok ketawa sendiri lihat foto mbake maaboor itu hehehe, keren mbak mantab pokoke
BalasHapusAhahah sik penting bukan kembang tebu kabur kanginan mas e :p
Hapusada juga ya tempat bekas tambang disana, viewnya bagus buat berfoto..
BalasHapus