Cantiknya Edan Pantai Ngeden
Selasa, Agustus 25, 2015
Maka apakah kamu masih mengingkari nikmat sehatmu?
Betapa nikmat sehat adalah nikmat yang luarr biasa setelah nikmat iman.
Maaf, mendadak bijak karena masih kebawa-bawa bau plaster infus dan itu ga enak.
Selama semingguan lebih di rumah saja ga boleh bawa motor ga boleh
kemana-mana.
Terkadang berharap ada teman dolan gitu di rumah, terus diboncengin kemana gitu
biar matanya kembali seger.
Di rumah sakit beberapa hari sudah kepingine banget buat pulang ke rumah.
Sudah pulang ke rumah, Alhamdulillah kan ya? Eh ini kepingin kemanaaaa
gitu….
Manusia oh manusia kapan kamu bersyukur?
Maaf pembaca blog yang budiman, setelah dibela-belain ngeklik link blog
ini, selalu dapat sampah curhatan penulis :p
Intinya, beberapa hari yang lalu ada beberapa teman yang sempat main ke
rumah. Nengokin gitu.
Eh yang ditengokim malah cenggingisan request diboncengin motor, efek
kangen berat jok motor. Hehe.
Untung punya temen sabar-sabar semua, baik-baik semua… mauu saja nurutin
meskipun keluar hanya nonton aliran kali opak, atau tenggelamnya matahari sore
dibalik ranting pohon meranggas.
Ada seorang teman SMA yang akhir-akhir
ini sering contact karena beberapa persamaan nasib.
Dia salah satu teman yang sering meluangkan waktunya membaca blogku,
kemudian kadang komen via whatsapp atau twitter. Makasih :*
Oke lim, kamu masuk list dalam postingan blogku. Biar hits. Upsssss….
Dia, iya diaa tiba-tiba dia ngewhatsapp ngajakin main.
Mataku berbinar, pipiku memerah *hatsahhhh
Tumben yaa tumben…kirain dia mah sinau terus gitu di rumah. Hehe piss
lim.
Aku tauu…aku tauu…mungkin dia baca blogku yang isinya “cah dolan” teruss
dia lagi galau terus pelarian ngajak maennya sama aku.
*kalau begitu ceritanya, aku dijadikan pelarianmu terus juga gapapa*
Sayangnya, hari itu benang jahitan bekas operasi baru diambil 1, ga
mungkin habis control dr RS langsung dolan.
Penyembuhan luka suntikan infus yang berujung alergi gatel semacam kringet buntet , kayanya bisa disembuhkan dengan cara diusap-usap pasir pantai.
Iya deh kayanya gitu. (sejuta alasan)
Browsing dimana ya aku? kayanya ngelindur deh ini. hha.
Ehemmm diskusi dan tawar-menawar sesaat, akhirnya kami sepakat menunda
hari esok.
Tepat pukul 09.00 pagi kurang, dia sudah sampai di gerbang pager depan rumah.
Waaaa ini dia salah satu teman yang amat on time.
Pakai jaket sebentar, langsung kutempati jok motor belakangnya yang
menantiku pagi menjelang siang itu.
Jalan Panggang luruss saja.
Sambil curhat sepanjang jalan, tidak terasa kita sampai rute jalan pantai
yang ingin kita tuju.
PANTAI NGEDEN
Apa sih bacanya?
Ngedan? Ngeden? yaa suka-suka aja deh... kayannya emang ada 2 versi nama.
Alamat pantai ini ada di:
Padukuhan Bedalo Desa Krambilsawit Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul DIY
Koordinat GPS E8°6'58" E110°29'46"
Padukuhan Bedalo Desa Krambilsawit Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul DIY
Koordinat GPS E8°6'58" E110°29'46"
Rutenya lebih mudah lewat jalan panggang. Sampai beringin besar pinggir
jalan menuju pantai gesing, masih lurus sajaa teruss sampai menemukan masjid
cat ijo pinggir jalan.
sebelah masjid ijo, ada sempalan aspal ikuti petunjuk arah |
Di sisi masjid, ada plang yang menunjukkan pantai ngeden, ambil kanan
atau turuti arah panah plang tersebut.
Setelah belok kanan, kita akan melewati jalan aspal alus. Sepertinya
memang aspal baru, karena warnanya hitam masih kelihatan baru.
Menurut berita yang kubaca, pengembangan Pantai Ngeden memang dilakukan
secara serius, salah satunya adalah
akses jalan.
Terus Kendarakan kendaraanmu lurus menurut aspal. Jangan belok jika tidak
ada plang yang mengharuskan belok.
Terimakasih KKN UIN SUKA 2008 yang paling tidak, sangat membantu
kebingungan arah para pencari Pantai Ngeden, dengan memasang banyak plang di sepanjang
pinggiran jalan itu.
Setelah pujian-pujian kami akan akses jalan yang mulus, sampailah kami
kepada tugu peringatan jalan penderitaan.
Seperti ini lho penampakan jalannya:
Iyaaaaa welcome to “jalan penderitaan”.
Jalan yang menjadi penguji kesungguhan apakah kamu akan berjuang terus
menjangkaunya?
Atau putar arah lalu pulang? Semua keputusan ada ditanganmu sayang.
Melirik sebentar di angka speedometer, jalan ini panjangnya sekitar 1.5
Km lebihh.
Jalan penderitaan karenaa harus menahan goncangan demi goncangan atas
jahitanku yang belum pulih bener.
Nyengir-nyengir nyeri sepanjang jalan sambil kutata lagi hatiku.
Kata alima: ini mah kalau yang boncengan cewek-cowok kesenengen cowoknya
ya? Haihhh iya kii mlorot-mlorot gini duduknya :p fiyuhhh.
Goncangan ini lama-lama seperti menciptakan goyang disco.
Yaaa begitu saja lah diambil hikmahnya.
Skrup motor pada disco,
semuanya disco. Pokoknya seruuu wkwk
Jangan lupa buat menyiapan motor seprima mungkin.
Mental juga prima ya kakakk…
Setelah kita melewati jalan penderitaan, kita akan kembali kepada aspal
mulus, kemudian cor blog lagi. Sampailah kepada Keindahan pantai ngeden yang
edan-edanan cantiknya.
Pak parkir bilang, kita adalah pengunjung ke-2 di hari itu.
Benar kata orang:
“pikniklah ketika orang-orang kerja, dan di rumahlah ketika orang-orang
piknik”
Sepi. Yaaa hore banget deh pantainya sepi. Suka.
Sesaat setelah kudaratkan pelan-pelan kakiku di parkiran motor, langsung
kulihat alam sekitar.
Ini pantai memang karakteristiknya beda. Iya, beda kalau dibandingkan
deretan pantai-pantai lain di gunungkidul.
Kalau boleh dibilang, ini termasuk pantai baru tapi pembangunannya krasa
kasat mata edan-edanan.
Di sepanjang pinggir tebing pantai, sudah dibangun akses jalan kaki yang
lumayan panjang. Padahal pantai-pantai lain kaya nggak seheboh ini ya
pembangunannya.
*macak menteri pariwisata*
jalan semen mulus untuk para pejalan kaki |
Jalan semen ini bisa menghubungkan
antar bagian Pantai Ngeden.
Yaaa, pantai ini terdiri dari 3 bagian pantai: sisi timur, tengah dan barat.
Di sepanjang jalan semen ini kita juga bisa melihat setiap sudut pantai
tersebut.
Pantai Ngeden sebelah Timur
Karakter pantainya tidak terlalu luas, tidak terlalu landai, tapi
pasirnya oke punya.
Di sebelah utara terdapat lapangan voli yang pingin voli pantai, asal ga pake
bikini ya mas? Haa…
Pantai Ngeden sebelah Tengah
Akses pantanya agak susah, sempit, dan menurutku agak kurang safety buat dicadikan tempat main air.
Karena space antara tebing dan
pantainya tidak terlalu lebar. Akses turun juga lumayan curam.
Kami memutuskan untuk tidak turun di pantai sebelah tengah ini. Cukup
melihatnya dari tebing atas.
Tetap waspada yaa... alhamdulillah di Pantai Ngeden juga dipasang peringatan-peringatan yang kiranya dapat mencelakakan pengunjung.
Sebelum menuju bagian Pantai Ngeden terakhir, yaitu sebelah barat, ada
bagian yang pentiiingg banget yang mestii banget dibahas.
Gardu Pandang Pantai Ngeden.
pada penasaran kan aku perginya sama siapa? ciee senyum-senyum ternyata temenku cewek |
Di sisi ini, kita bisa melihat lukisan pantai dari segala sisi. Mulai
dari timur, tengah, sampai barat.
Kita bisa sangat-sangat merasa kecil jika sudah berada di sini.
Yaaaa sepertinya orang-orang sombong dan angkuh, wajib tuu berdiri
menatap laut di gardu pandang ini.
Sepertinya, angkuhnya akan rontok akan kebesaranNya.
frame dari gardu pandang arah barat |
Oh, jadi bagian gardu pandang ini yang membuat Pantai Ngeden juga
dianggap replikanya Pantai Uluwatu Bali.
Membayangkan jika sore hari berada di tempat ini, terus liat sunset wahhh
“kalih sinten mbak?” hehe kalik aja. Kan Cuma bayangin aja. Lagian pas bayangin
jalan pulang aku juga takut gelap.
Melihat sisi barat dari gardu pandang, wahhh ombaknya besar
berlalu-lalang menciptakan buih putih, pecah di tengah, menepi, lalu ke tengah
lagi.
Terkadang, pemandangan itu mengalihkan tampungan rindu yang mendekapku
seminggu. *hatsah.
Pantai Ngeden Sebelah Barat
Melihat ke sisi agak utara, ada pemandangan yang cukup mencuri
perhatianku.
Ituuu ada pantai yang bagian besarnya adalah hamparan batu putih.
spot yang mencuri perhatianku |
Aku menunjuk-nunjuk pantai itu seolah mengisyaratkan inginn sekali turun
ke sana.
Temanku bilang: susah diakses itu turunnya.
Dengan tidak sedikitpun mengurangi ketertarikanku pada bagian pantai itu,
maka tetap kuarahkan langkahku ke sana.
dan sampai jugaa ...
Tepat di depanku ini, ternyata adalah lokasi yang biasa dipake buat ngecamp. Tetap pungut sampah pada tempatnya ya kak :)
Oke kita lihat keadaannya. Lim, aman kok buat turun. Yukkk ke bawah.
Niat banget bikin ucapan ulangtahun buat teman:
Ini bagusnya sih ada yang nempatin sela-sela jari tangan, tapiii belum ada yang halal kak :(
Tidur di kasur empuk dan busa itu terlalu mainstream, kita harus belajar dari yang atos-atos biar kita enggak kaget jika diatosin. haha
Di sebelah barat pantai itu, ada hamparan ilalang rumput yang kecoklatan mengering
karena awal musim kemarau.
Subhanallah, ini pemandangan yang benar-benar membuatku seperti terpaku
begitu saja.
Ayoo poto ke sana….
terjatuh |
bangkit |
berlari |
jatuh lagi |
selfiii |
Pantai Ngeden ini, meskipun masuk dalam obyek wisata pantai yang baru
dikembangkan tapi seperti yang sudah dijelaskan, pembangunan fasilitasnya
lumayan komplit.
1. Ada gazebo yang free.
Yaaa karena akhir-akhir ini kalau ke pantai mau berteduh kan kudu bayar,
kalau enggak ya harus jajan? Yaa kan?
2. Toilet: maaf tidak sempat kefoto
3. Parkir yang teduh karena beratap
4. Mushola
Luar biasa, ayo didukung penuh untuk pengelola pantai yang tidak melupakan menyediakan tempat ibadah bagi para pe-piknik
Air wudhunya full, mukenanya baru-baru, semoga dengan sumbangan dari pengunjung, mushola ini akan teruss dilakukan pembangunan yang lebih baik.
5. Warung Makan
Karena kita liburan bukan di hari
libur, kebanyakan warungnya pada tutup.
Sesampai di parkiran, kami sempat ngobrol dengan mas yang jaga parkir
(maaf belum sempat kenalan).
Bahwa di sebelah barat Pantai
Ngeden, terdapat Pantai yang masih super alami, belum ada pembangunan segetol di Ngeden.
Dengan kode sedikit ke teman, kita mantap untuk singgah sebentar di
pantai itu.
Ini hati, bukan halte yang kamu bisa singgah sesuka hati kemudian pergi
*emote tidur*
Kita pulang dengan terlebih dulu mampir ke pantai itu. Pantai apa
namanyaaa?
Pantai Butuh
Tadi ketika perjalanan menuju Pantai Ngeden, kita sempat melihat plang
arah Pantai Butuh
Lurus saja nurut plang tersebut. Akses jalannya lumayan lancar jaya.
Meskipun alias walaupun,
berkelok-kelok penuh tanjakan seperti kisahku saat menunggumu.
Tapi memang sudah kuniati untuk menjangkaumu.
Yeaaah pantainya sudah kelihatan dari puncak tanjakan inii
Pelan-pelan aja nyetir motornya, jalannya itu lhooo....
Pantainya karakteristiknya hampir sama dengan Pantai Sundak, Drini, yaaa…
terdapat seperti meja-meja di pinggir pantai, kemudian lekukan-lekukan untuk
main ikan.
Lumayan landai, meskipun ombaknya cukup besar.
Disisi timur, terdapat bangunan setengah jadi yang belum terselesaikan
semacam warung-warung gitu.
Ada yang dari kayu, ada juga yang dari beton.
Poto di atas kayu-kayu calon bangunan warung itu, selaluu diingatkan sama alima: "heee ra ngawur lak tibo... medun"
tapi modelnya tetepp aja deh petakilan di atas. hehe. maafkan, untung punya temen yang sabar gitu.
Mau kurus? coba olahraga ngangkat karang, bukan cuma barbel hha
Tidak terasaa sekali waktunya amat cepat. Kirain tadi jam 14.00 bisa
sampai rumah. Lha ini jam 15.30 masih aja glesoran di pasir.
Kita memutuskan untuk menyudahi melihat ayunan ombak, mendengar desiran
angin yang bertiup menembus tebing.
Tadinya, kita cuma memarkir motor di pinggiran pantai, eh pas kita
kembali ada pak parkirnya.
Dari beliau, kita dikasih info bahwa Pantai Butuh memang cukup ramai buat
“ngecamp” di hari-hari libur.
Yaaa… kata beliau sepanjang pasir pinggir pantai ini bisa penuh lho mbak…
oh ya pak?
Baiklah besok tak ngecamp sama suami. *eh
Menurut info dari beliau juga, sebelah timur Pantai Butuh, ada pantai yang
namanya pantai Bibis.
Kemudian sebelah baratnya ada Pantai Nglangkap.
Oh pantai yang pernah disebutkan oleh salah satu komentar pembaca blog ini.
Tapi ternyata pantainya cukup sulit dijangkau. Yaaa dengan jalan kaki
sekitar setengah kiloan.
*usap-usap jidat*
Meskipun berkali-kali menginjakkan kaki di pantai-pantai yang relative
baru di gunungkidul, rasa-rasanya sangat sulit untuk khatam.
Bagaimana tidak? Tiap sudah ini, muncul baru lagi. Muncul baru lagi.
Semoga ini menjadi pertanda baik untuk kemakmuran ekonomi masyarakatnya.
Yaaa kembali untuk kemakmuran mereka.
Di benakku kali ini, aku cukup memikirkan nama-nama pantai itu, yang
sementara kujadikan pr untuk kukunjungi berikutnya.
terimakasih alima :) |
0 comments